Friday, March 4, 2011

Surat Buat Ibuku

Ibuku sayang,

Aku tidak tahu, tapi beberapa bulan ini aku sering teringat pada ibu. Teringat pada dosa-dosa dan kebaikan ibu yang sering kulupakan.

Begitu banyak pengorbanan yang ibu lakukan buatku, tapi apa yang kubalas? Aku bahkan belum sempat membalas apa-apa. Untuk menyenangkan hatimu saja aku belum mampu. Aku merasa menjadi anak yang tidak berguna. Benar begitu, Bu?

Aku teringat kebaikanmu yang tidak dapat kuhitung saking banyaknya. Ketika aku sedih, ibu datang kepadaku mengajak bercanda. Ibu akan menceritakan hal-hal lucu untuk membuatku tersenyum lagi. Ketika aku menjadi juara kelas, ibu akan memberiku selamat. Meskipun aku sebal karena tidak mendapat hadiah (ibu selalu menjawab hadiahnya selamat ketika aku bertanya apa hadiah buatku), belakangan aku tahu bahwa ucapan selamat itulah yang membimbingku untuk lebih baik lagi di semester berikutnya. Ketika aku menghadapi ujian, ayah dan ibu selalu berpuasa demi mendoakan anaknya yang tidak tahu berterima kasih ini. Ketika aku putus asa menunggu hasil SNMPTN, ibu selalu membesarkan hatiku bahwa apapun hasilnya adalah yang terbaik bagiku, diterima atau tidak. Bahwa Allah punya rencana lain yang lebih indah jika aku tidak diterima SNMPTN. Ibu bahkan menghiburku denganmengatakan bahwa dirinya tidak akan malu kepada teman-temannya jika aku masih belum mendapat kursi di perguruan tinggi. Padahal aku tahu kalau orang tua lain akan sangat malu bila anaknya saja yang belum diterima di perguruan tinggi. Semua hal telah dilakukan oleh ibu, hanya untuk membuatku bersemangat kembali, untuk meyakinkanku bahwa nasib orang selalu berputar.

Tapi apa yang kubalas? Berterima kasih pun jarang aku lakukan.

Aku jarang mengucapkan terima kasih pada ibu yang telah membuatku melihat dunia ini, meskipun aku sangat ingin mengatakannya sambil mencium tanganmu. Mungkin aku malu. Tapi tidak jelas malu kepada siapa. Aku selalu ingin membuatmu bahagia telah melahirkanku ke dunia ini. Aku ingin ibu tersenyum dalam setiap tindakan yang kulakukan.

Aku mungkin tidak pernah mengatakannya secara langsung. Tapi ketahuilah, Bu, kaulah orang yang selalu kuingat di saat aku hampir menyerah. Kepada ibu aku memperuntukkan doaku agar diijabahi Allah. Sebab aku tahu kalau ibu akan selalu mendoakanku meski aku sering melukai hati ibu. Mungkin rasa sayangku tidak sebesar seperti milikmu. Bahkan ribuan ibu lain tidak akan dapat menandingi kebaikanmu padaku. Seluruh kenikmatan dunia bila dikumpulkan jadi satu juga tidak akan mampu membayar kasih sayang yang sudah kau berikan padaku selama 19 tahun ini, sejak aku masih di dalam perutmu.

Aku menyayangimu, ibuku. Sungguh-sungguh menyayangimu. Karena langit runtuh pun dapat kau tegakkan kembali dengan satu kata maaf darimu. Semoga lain kali aku dapat mengatakan langsung kepadamu. Dan semoga rahmat Allah selalu tercurah padamu siang dan malam.


Dengan segenap cinta,
Anakmu yang ingin membahagiakanmu.